Stratifikasi
Dan Interaksi Tokoh-Tokoh Novel Langit Taman Hati Karya Cucuk Hariyanto
Rohma
Junita*)
Kata-KataKunci : Stratifikasi Sosial, Interaksi Sosial, Novel.
Sastra
merupakan tanggapan dan penilaian pengarang terhadap kenyataan di sekitarnya. Dengan
membaca karya sastra berarti kita berada dalam dunia rekaan, bertemu dengan
berbagai tokoh, dan terlibat dengan berbagai peristiwa.Peristiwa Tersebut merupakan
pengalaman yang bermanfaat karena dapat mengembangkan hidup kita. Hal tersebut
menjadi dasar penghargaan terhadap karya sastra (Nurgiyantoro, 2000:3).
Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali
peristiwa yang ditemui dan diketahui, misalnya peristiwa-peristiwa yang dapat
membuat manusia menangis, marah, tertawa, terharu, dan kagum. Berbagai
peristiwa tersebut direkam oleh sastrawan untuk dijadikan sebuah karya sastra.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa selain sebagai pengarang, sastrawan juga
merupakan pengamat sosial terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mukmin (2005:1) yang mengemukakan bahwa keadaan masyarakat beserta
liku-liku kehidupannya tidak terlepas dari pengamatan para sastrawan sebagai
pengamat sosial. Kecermatan para sastrawan dalam mengamati berbagai masalah
kehidupan di dalam masyarakat itu dituangkannya dalam bentuk karya sastra.
Gambaran kehidupan yang dituangkan pengarang dalam
suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan situasi yang terjadi
dalam masyarakat itu sendiri. Berbagai macam persoalan, baik persoalan sosial,
budaya, ekonomi maupun politik yang mewarnai kehidupan masyarakat sehari-hari
tidak lepas dari pengamatan pengarang. Hasil pengamatan dan pengalaman
sastrawan itulah yang selanjutnya dituangkan ke dalam karya sastra melalui
ungkapan perasaan dan pengalaman yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dalam
suatu karya sastra, baik itu karya sastra yang berbentuk puisi, roman, novel,
cerpen, maupun bentuk-bentuk lainnya.
Adanya masalah kehidupan dalam karya sastra tersebut
menunjukkan adanya pengaruh timbal-balik antara sastra dengan masyarakat. Semi
(1993:73) mengemukakan bahwa karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan
sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan, seringkali masyarakat
sangat menentukan nilai karya sastra
yang hilang di suatu zaman, sementara sastrawan itu sendiri yang merupakan
anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya
dari lingkungannya.
Pengaruh timbal-balik antara sastra dengan
masyarakat tersebut dapat dilihat melalui isi cerita yang tercermin pula
melalui tingkah laku tokoh atau pelaku cerita. Tokoh atau pelaku cerita dalam
sebuah novel selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga membentuk
suatu alur cerita.
Selain itu, tokoh atau pelaku cerita dalam karya
sastra, termasuk novel dapat pula menjadi perwujudan dan gambaran hidup manusia
yang terjadi sesuai dengan kenyataan hidup, yakni manusia memiliki beragam
perbedaan, salah satunya adalah perbedaan sosial atau stratifikasi sosial,
seperti tokoh yang digambarkan memiliki taraf kehidupan makmur atau kaya,
sederhana atau sedang-sedang, dan pas-pasan atau miskin atau termasuk dalam
tingkatan atas, sedang, dan rendah.
Interaksi dan stratifikasi atau tingkatan sosial
yang tercermin pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, termasuk
novel inilah yang menjadi pencerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang
penuh dengan realitas dalam suatu karya sastra sehingga pembaca dan penikmat
karya sastra dapat mengambil hikmah dan dapat dijadikan bahan pembelajaran
dalam menjalani keidupan.
Kenyataan bahwa suatu karya sastra tidak terlepas
dari pengaruh timbal-balik antara pengarang dan masyarakat yang tercermin
melalui interaksi dan stratifikasi sosial.tokoh-tokohnya tersebut menunjukkan
bahwa dalam melakukan kajian terhadap suatu karya sastra dibutuhkan disiplin
ilmu untuk membahasnya. Adapun disiplin ilmu tersebut adalah ilmu sosiologi. Sumarsono
(2010:5) mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial,
organisasi kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku
kemasyarakatan. Secara konkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti keluarga (clan atau
subsuku), suku, bangsa. Di dalam masyarakat ada semacam lapisan, seperti
lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata, atau ada kasta-kasta.
Karya
sastra tidak terlepas dari masalah sosial karena sastra adalah instuisi sosial
yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra menyajikan kehidupan.
Kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, meskipun karya sastra
meniru alam dan dunia subjektif manusia. Dengan demikian, karya sastra tidak
terlepas dari masalah sosial, hubungan manusia dalam masyarakat, perubahan dan
perkembangan sosial, serta perilaku individu dalam kelompok sosial.
Pada
penelitian ini, analisis stratifikasi sosial yang dilakukan penulis adalah
melakukan kajian terhadap stratifikasi atau tingkatan sosial para tokoh yang
terdapat dalam novel Langit Taman Hati Indah karya Cucuk Hariyanto yang
terdiri atas empat tingkatan, yaitu: (1) tingkat atas, (2) tingkat menengah,
dan (3) tingkat rendah.
Berlangsungnya
suatu interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Interaksi sosial yang
terjadi dalam diri seseorang dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Basrowi
(2005:145—148)
mengemukakan bahwa secara mendasar,
ada empat bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat, yakni: kerjasama (coorperation),
persaingan (competition), akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation),
dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
stratifikasi sosial dan interaksi sosial tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Langit
Taman Hati karya Cucuk Hariyanto.
Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Semi (1993:24), “Metode deskriptif
adalah metode yang menggunakan kata-kata atau gambaran-gambaran, bukan dalam
bentuk angka-angka”. Metode deskriptif ini digunakan dengan tujuan agar penulis dapat menganalisis,
mendeskripsikan, dan menyimpulkan kajian stratifikasi sosial dan interaksi
sosial tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Langit Taman Hati karya
Cucuk Hariyanto berdasarkan data yang diperoleh melalui teknik dokumentasi
serta menggambarkan hasil penelitian ini secara jelas dan lengkap.
Stratifikasi sosial tokoh-tokoh yang terdapat dalam
novel ini adalah sebagai berikut.
1.
Tingkat Atas
Tokoh-tokoh
yang tergolong dalam stratifikasi tingkat atas adalah sebagai berikut.
Reza Ayatullah Al-Fatah tergolong
dalam tingkat atas. Hal ini dapat diketahui ketika Reza telah menggunakan mobil
yang dilengkapi dengan fasilitas AC sebagai penunjang aktivitasnya dan dapat
pula diketahui berdasarkan ucapan seorang wanita berjilbab yang ternyata telah
mengenal Reza sebagai seorang mahasiswa
S-2 di Institut Teknologi Surabaya (ITS). Jenjang pendidikan S-2 yang
sedang ditempuh Reza.
Dimas tergolong dalam tingkat atas.
Tingkatan ini dapat dilihat melalui aktivitas sehari-hari Dimas yang selalu
membawa mobil pribadi, yang antara lain dapat dilihat ketika dimas menyapa Reza
yang pagi itu datang pagi-pagi sekali ke kampus.
Profesor Umar Salim tergolong dalam
tingkat atas yang dapat diketahui berdasarkan kata hati Reza yang mengatakan
bahwa ia sangat menghormati Profesor Umar Salim karena meskipun professor
tersebut orang terhormat, tapi penampilannya tampak sederhana dan tidak segan-segan berbincang-bincang
dengan rakyat kecil. Selanjutnya, dilihat dari tingkat pendidikannya, Profesor
Umar Salim memiliki tingkat pendidikan tinggi yang dapat dilihat dari gelar
professor yang disandangnya, sedangkan dilihat dari tempat tinggalnya, tempat
tinggal Profesor Umar Salim berada di kawasan perumahan paling elit di Surabaya
dan dapat pula dilihat dari megahnya tempat tingal Profesor Umar Salim.
Mister
Wong tergolong dalam tingkat atas. Hal ini dapat dilihat ketika Reza dan
Profesor Umar Salim datang ke kantor Mister Wong, Mister wong sedang duduk di
kursi direkturnya sambil memainkan labtopnya dan dapat pula diketahui
berdasarkan keberhasilan yang telah diraih Mister Wong sebagai pemilik PT Sigma
Engine yang telah memiliki tiga kantor cabang, yakni Surabaya, Makasar, dan
Medan.
Aida
Ainun Nisa tergolong dalam tingkat atas. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
pengakuannya pada Reza bahwa ia dulu pernah menjadi adik tingkat Reza semasa
kuliah di S-1 Institut Teknologi Surabaya. dan dapat pula diketahui berdasarkan
pembicaraan antara Dimas dengan Reza ketika Reza menanyakan Ainda tinggal di
mana. Dimas yang banyak mengetahui tentang Aida menjawab bahwa Aida sekrang
tinggal bersama seorang pembantu dan beberapa bulan terakhir, Aida sering
membantu mengasuh anak-anak di Panti Asuhan Putri Muslim.
Ustadz
Shalahuddin tergolong dalam tingkat atas yang dapat dilihat ketika Reza menemui
murabbi atau orang yang memiliki pernanan sebagai pembina agama Islam di
Masjid Al-Akbar, dan ketika sampai di masjid tersebut, Reza melihat Ustadz
Shalahuddin sedang berada di dekat mimbar.
Farah
tergolong dalam tingkat atas yang dapat diketahui berdasarkan penjelasan Ustadz
Shalahuddin yang mengatakan bahwa Farah adalah akhwat yang baru berusia dua
puluh dua tahun, pernah kuliah di Prancis, dan sekarang kuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Selain itu, menurut Ustadz Shalahuddin, Farah
adalah putri bungsu Profesor Zein Ahmad.
Ibu
Khadijah tergolong dalam tingkat atas yang dapat diketahui berdasarkan kata
hati Reza yang menyatakan bahwa Ibu Khadijah merupakan seorang yang berpendidikan
tinggi karena menyandang gelar Doktor pada disiplin ilmu psikologi.
2.
Tingkat Menengah
Tokoh yang tergolong dalam
tingkatan menengah adalah Reza Ayatullah Al-Fatah. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan kata hati Reza yang mengatakan bahwa dirinya hanyalah orang yang
hidup sebatang kara dengan penghasilan yang pas-pasan, dan dalam kesehariannya
Reza memiliki berbagai kegiatan, yakni mengajar, kuliah, dan mengisi pelatihan
komputer di pesantren. Berbagai aktivitas yang dilakukan Reza tersebut yang
hanya mampu mencukupi kehidupan sehari-hari serta tingkat pendidikan yang
tengah ditempuhnya di perguruan tinggi tersebut menunjukkan Reza Ayatullah
Al-Fatah tergolong dalam stratifikasi sosial tingkat menengah.
b.
Interaksi Sosial
1. Proses-Proses Interaksi Sosial
Proses-proses interaksi sosial tokoh-tokoh dalam
novel Langit Taman Hati karya Cucuk Hariyanto adalah sebagai berikut.
Reza Ayatullah Al-Fatah atau Reza mencerminkan
proses interaksi sosial sugesti yang dapat dilihat ketika Amelia mengeluhkan
nasibnya pada Reza, Reza pun langsung menasehatinya dengan mengatakan agar
Amelia tidak menyalahkan nasib karena nasib itu berada di tangan Allah dan
meskipun Amelia merasa tidak beruntung dengan nasibnya, tetapi Allah selalu
menuliskan takdir setiap orang sebagai sesuatu yang terbaik untuknya, simpati
yang dapat diketahui berdasarkan kata hari Reza yang mengatakan banyak hal yang
membuat Reza merasa senang dan simpati dengan keluarga Profesor Umar, yakni
kebiasaan keluarga Profesor Umar yang selalu aktif mengikuti pengajian, ketika
Reza tertarik pada Aida dan merasa yakin bahwa pilihannya kepada Aida adalah
suatu anugerah yang diberikan Allah kepadanya, ketika Reza merasa simpati pada
Farah setelah mendengar perkataan Farah yang masih bisa menjaga hati serta
selalu sabar menanti Reza, Reza semakin simpati terhadap Farah dan berkata
dalam hati betapa beruntungnya ia jika telah bersanding dengan Farah, dan
ketika Reza akhirnya menyatakan niatnya untuk segera melamar Farah dalam waktu
dekat ini. Mendengar pernyataan Reza tersebut, Farah pun menyambutnya dengan
kebahagiaan yang mendalam.
Profesor Umar
Salim mencerminkan proses interaksi sosial sugesti yang dapat dilihat ketika
Profesor Umar memberikan pandangannya kepada Reza bahwa Reza tidak perlu
khawatir akan diterima bekerja atau tidak oleh Mister Wong karena Mister Wong
telah menjamin bahwa orang yang direkomendasikan oleh Profesor umar pasti akan
diterima bekerja dan ketika Profesor Umar langsung memberikan pandangan bahwa
ia memilih Reza sebagai orang pilihan yang akan diajukan kepada Mister Wong
bukan hanya karena ia telah menganggap Reza sebagai anaknya, tetapi ia juga
yakin akan kemampuan yang ada dalam diri Reza.
Ustadz Shalahuddin mencerminkan proses interaksi
sosial sugesti yang dapat diketahui ketika Ustadz Shalahuddin memberikan
nasehatnya agar Reza segera menikah karena Reza sendiri sudah memikirkan untuk menikah. Selain
itu, menurut Ustadz Shalahuddin jika cepat menikah maka Reza dapat terus
menjaga hati supaya tidak kotor.
Syifa mencerminkan proses interaksi sosial simpati yang
dapat diketahui berdasarkan perkataan Syifa setelah mengetahui bahwa Reza akan
menikah dengan Aida Ainun Nisa. Menurut Syifa apa yang akan terjadi pada
dirinya jika Reza akan menikahi Aida karena selama ini diam-diam ternyata Syifa
juga mencintai Reza.
Mister Wong mencerminkan proses interaksi sosial imitasi
yang dapat dilihat ketika Mister Wong menyatakan bahwa ia begitu tertarik pada
agama Islam dan ingin belajar dari seorang pemuda yang tidak lain adalah Reza
dan proses interaksi sosial simpati yang dapat dilihat ketika Mister Wong
memberikan waktu cuti yang diperpanjang untuk Reza dan memberikan tiket beserta
seluruh biaya yang dibutuhkan selama Reza liburan di Eropa.
Ibu Khadijah mencerminkan proses interaksi sosial sugesti
yang dapat dilihat ketika Ibu Khadijah menyampaikan pandangan dan nasehatnya
pada Reza bahwa Farah adalah sosok yang pas untuk menggantikan mendiang Aida
sebagai ibu untuk Musa, anaknya.
Amelia mencerminkan proses interaksi sosial simpati yang
dapat dapat dilihat ketika Amelia menyatakan bahwa ia telah jatuh cinta apda
Reza dan berharap selalu bisa bersamanya.
2.
Bentuk-bentuk Interaksi sosial
Reza Ayatullah Al-Fatah atau Reza mencerminkan
bentuk interaksi sosial, yakni kerjasama yang dapat dilihat ketika Reza meminta
pertolongan pada Ibu Khadijah untuk memangil Aida sementara ia menunggu di
kantor dan duduk kursi yang terletak di pojok ruangan agar Aida tidak
mengetahui keberadaannya, ketika Reza melakukan kerjasama dengan cara meminta
bantuan Dimas untuk memangil semua teman-teman karate, taekwondo, dan kepanduan
untuk mendatangi tempat orang yang telah
menculik Maya dan ketika Reza meminta bantuan sekaligus bekerjasama untuk
meminang Farah, Reza meminta bantuan pada Professor Umar salim, Ustadz
Shalahuddin, Dimas, dan Ibu Khadijah.
Akomodasi atau Penyesuaian Diri (Accommodation)
yang dapat dilihat ketika dengan bijak Reza meminta kepada Syifa untuk
menenangkan diri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah, ketika Reza berusaha
menyelesaikan pertentangan yang terjadi antara dirinya dengan Aida, istrinya
tentang keinginan Reza agar istrinya melakukan operasi mata agar penglihatannya
bisa kembali seperti semula, ketika Reza berusaha menyelesaikan pertentangan
atau pertikaian yang terjadi antar Farah dengan dirinya dengan cara meminta
maaf serta berjanji tidak akan salah memanggil nama Farah dengan nama Aida.
Pertentangan atau pertikaian yang dapat dilihat
ketika Reza terlibat keributan saat ia berusaha membebaskan Maya dari tempat
lokalisasi dan ketika terjadi salah paham antara Reza dengan Farah yang
disebabkan oleh kesalahan Reza dalam memanggil Farah. Reza yang dulu hidup
bersama Aida sering salah memanggil Farah dengan nama Aida sehingga Aida sering
uring-uringan bahkan minggat dari rumah.
Ibu Khadijah mencerminkan bentuk-bentuk interaksi
sosial, yakni kerjasama yang dapat dilihat ketika Ibu Khadijah membantu Reza
yang ingin bertemu sekaligus melamar Farah dan ketika Reza bermaksud meminang
Farah, Ibu Khadijah bersama Professor Umar Salim, Ustadz Shalahuddin, dan Dimas
sama-sama berangkat ke rumah Farah yang berada di daerah Galaxy.
Dimas mencerminkan bentuk-bentuk interaksi sosial
kerjasama yang dapat dilihat ketika
Dimas melakukan kerjasama dengan cara meminta bantuan semua teman-teman karate,
taekwondo, dan kepanduan untuk mendatangi tempat Maya disekap.
Ustadz Shalahuddin mencerminkan bentuk-bentuk interaksi
sosial, yakni kerjasama yang dapat dilihat ketika Reza bermaksud meminang
Farah, Ustadz Shalahuddin bersama Professor Umar Salim, Ibu Khadijah, dan Dimas
sama-sama berangkat ke rumah Farah yang berada di daerah Galaxy.
Farah mencerminkan bentuk-bentuk interaksi sosial, yakni
pertentangan atau pertikaian yang dapat
dilihat ketika terjadi pertentangan atau pertikaian dengan Reza akibat
kesalahan Reza saaat memanggil Farah dengan nama Aida dan akomodasi yang dapat
dilihat ketika Farah memeluk Reza dari belakang dan menyatakan telah
mememaafkan Reza serta ia juga meminta maaf atas kelakuannya pada Reza.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa terdapat 10 tokoh
dalam novel Langit Taman Hati karya Cucuk Hariyanto yang terdiri satu
tokoh utama, yakni Reza Ayatullah Al-Fatah dan sembilan orang tokoh pembantu,
yakni: Dimas, Profesor Umar Salim, Mister Wong, Aida Ainun Nisa, Ustadz
Shalahuddin, Farah sausan Salsabila, Ibu Khadijah, Syifa, dan Amelia. Namun,
setelah diteliti, tokoh Syifa dan Amelia tidak ditemukan kutipan atau alur
cerita yang menunjukkan stratifikasi sosial kedua tokoh tersebut. Kedelapan
tokoh terebut seluruhnya tergolong dalam stratifikasi sosial kelas atas.
Interaksi sosial, yakni proses-proses interaksi sosial dalam
diri Reza Ayatullah Al-Fatah adalah sugesti dan simpati. Profesor Umar Salim,
Ustadz Shalahuddin, dan Ibu Khadijah sama-sama mencerminkan proses interaksi
sosial sugesti, Syifa mencerminkan proses interaksi sosial simpati. Mister Wong
mencerminkan proses interaksi sosial imitasi dan simpati, sedangkan Amelia
mencerminkan proses interaksi sosial simpati. Bentuk-bentuk interaksi sosial
yang tercermin dalam diri Reza Ayatullah Al-Fatah atau Reza, yakni kerjasama, akomodasi
atau penyesuaian diri, dan pertentangan atau pertikaian. Ibu Khadijah, Dimas,
dan Ustadz Shalahuddin mencerminkan
bentuk-bentuk interaksi sosial kerjasama, sedangkan Farah mencerminkan
bentuk-bentuk interaksi sosial pertentangan atau pertikaian dan akomodasi.
SARAN
Saran-saran
yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut.
1)
Bagi peneliti lain, agar penelitian
ini dapat menjadi acuan serta bahan tambahan dalam memahami dan meneliti sastra
khususnya dalam menganalisis stratifikasi sosial dan interaksi sosial
tokoh-tokoh dalam novel lain.
2)
Bagi pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai
model pembelajaran sastra dalam memahami karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Mukmin,S.(2005).
Transformasi akhlak dalam sastra:Kajian semiotika rubuhnya
surau kami. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Nurgiyantoro,B.(2000).Teori pengkajia fiksi. Yogyakarta:
Gajahmada University Press.
Semi,MA.(1993).
Metodelogi penelitian sastra:
Bandung: Angkasa.
Sumarsono.(2010).Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan